http://www.emailcashpro.com

Wednesday, 6 October 2010

RMS, Sparatis Yang Sudah Bangkrut.

Pada 27 Desember 1949, Belanda mengakui kedaulatan Indonesia, waktu itu bentuk yang diakui adalah Republik Indonesia Serikat (RIS). Kemudian, RIS membentuk Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS). Tapi, tentara bentukan Belanda atau KNIL asal Ambon tidak bersedia bergabung dengan Tentara Nasional Indonesia sebagai pasukan inti.
Pada 25 April 1950 Republik Maluku Selatan (RMS) diproklamasikan oleh para bekas prajurit KNIL dan orang-orang pro-Belanda (di antaranya Chr. Soumokil, Ir. J.A. Manusama dan J.H. Manuhutu), dengan presiden Dr. Chr. R. S. Soumokil yang bekas jaksa agung Negara Indonesia Timur. RMS bertujuan menjadi negara sendiri lepas dari Negara Indonesia Timur. Pemerintah Pusat yang mencoba menyelesaikan secara damai, mengirim tim yang diketuai Dr. Leimena.
Tapi, misi yang terdiri dari para politikus, pendeta, dokter dan wartawan, gagal. Akhirnya, pemerintah pusat memutuskan untuk menumpas RMS, lewat kekuatan senjata. Dibentuklah pasukan di bawah pimpinan Kolonel A.A Kawilarang.
Pada 14 Juli 1950 pasukan ekspedisi TNI mulai menumpas pos-pos penting RMS. Sementara, RMS yang memusatkan kekuatannya di Pulau Seram dan Ambon, juga menguasai perairan laut Maluku Tengah, memblokade dan menghancurkan kapal-kapal pemerintah.
Pemberontakan RMS akhirnya berhasil digagalkan secara tuntas pada bulan November 1950, sementara para pemimpin RMS mengasingkan diri ke Belanda. Pada 1951 sekitar 4.000 orang Maluku Selatan, tentara KNIL beserta keluarganya (jumlah keseluruhannya sekitar 12.500 orang), mengungsi ke Belanda, yang saat itu diyakini hanya untuk sementara saja. RMS di Belanda lalu menjadi pemerintahan di pengasingan hingga kini.
Dr. Soumokil sendiri tak bisa ke Belanda. Ia mengasingkan diri ke Pulau Seram. Ia ditangkap di Seram pada 2 Desember 1962, dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan militer, dan dilaksanakan di Kepulauan Seribu, Jakarta, pada 12 April 1966.
Pemimpin pertama RMS dalam pengasingan di Belanda adalah Prof. Johan Manusama, dan yang kedua adalah Frans Tutuhatunewa namun kemudian turun pada tanggal 25 april 2009. Kini John Wattilete adalah pemimpin RMS pengasingan di Belanda.
Setiap kunjungan kepala negara Indonesia ke Belanda, para anggota RMS selalu membuat ulah, antara lain dengan mengajukan tuntutan penangkapan ke pengadilan Belanda. Sebelum SBY, hal serupa pernah dialami oleh Presiden Soeharto. Hingga kini simpatisan RMS makin menyusut karena tidak adanya pendanaan. Pemerintah Belanda sendiri juga sudah tidak menganggap serius lagi RMS.
 
Sumber : Surya.co.id

0 comments:



  © Blogger templates Newspaper III by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP