Diduga Terlibat,Keluarga Nur Sahid Tak Percaya
Keluarga besar Nur Sahid tidak percaya Nur Sahid disebut-sebut terlibat dalam aksi pengeboman di Hotel JW Marriot,Jakarta,Jumat (17/7) lalu.
Keluarga juga membantah keras kabar yang menyebutkan Nur Sahid adalah pelaku bom bunuh diri di hotel tersebut seperti ditudingkan Ketua Umum Gerakan Umat Islam (GUII) Abdurrahman Assegaf. Penegasan itu disampaikan adik kandung Nur Sahid, Udi Mas’ud, ketika ditemui wartawan di kediaman orang tuanya Dusun Katekan, Desa Katekan,Kecamatan Ngadirejo,Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah kemarin. “Selama ini dia mempunyai kepribadian yang baik.
Jadi kami tidak percaya kakak saya adalah pelaku bom bunuh diri,”tegas Udi Mas’ud. Menurut dia, tudingan kakaknya sebagai pelaku bom bunuh diri tersebut tidak mendasar.Terlebih soal keterlibatan Nur Sahid di sebuah gerakan melalui jaringan Imam Samudra, terpidana mati Bom Bali I.“Saya tidak percaya itu,” ujar Mas’ud. Seperti diketahui, Abdurrahman Assegaf akhir pekan kemarin menyerahkan data keterlibatan Nur Sahid ke tim intelijen dan Mabes Polri yang datang ke rumahnya di Jalan Witana Harja III Blok C20, Pemulang Barat, Tangerang Selatan.
Menurut data itu, Nur Sahid adalah pria pelaku bom bunuh diri di Hotel JW Marriott. Tak hanya itu, Assegaf juga menyatakan Nur Sahid adalah anggota Jamaah Islamiyah (JI) yang direkrut Tedy alias Reno alias Mubarok yang saat ini diduga kuat sebagai wakil sekaligus tangan kanan Noordin M Top, warga Malaysia yang menjadi buron teroris nomor satu di Indonesia.
Namun hingga kemarin Mabes Polri belum memberikan pernyataan resmi apa pun mengenai jati diri si pelaku bom bunuh diri.Polisi baru akan mengumumkan siapa si pelaku dan dari mana kelompoknya setelah semua penyidikan tuntas. Yang jelas, polisi berkeyakinan jaringan teroris JI dan Noordin M Top terkait dalam serangan bom di JW Marriott dan Ritz Carlton Jumat (17/7) lalu. Versi Assegaf, Nur Sahid bergabung dengan kelompok Banten bersama-sama Imam Samudra.
Dalam data yang diserahkan Assegaf kepada aparat juga diterangkan hubungan antara organisasi radikal dengan Al-Qaeda, kelompok teroris internasional pimpinan Osama bin Laden. Termasuk struktur organisasi, tugas, dan fungsi pengurus, cara pencarian dana untuk kegiatan teror, sekaligus sejumlah tempat yang biasa digunakan kelompok itu untuk berkumpul. Kendati membantah keterlibatan kakaknya di jaringan teroris dan sebagai pelaku bom bunuh diri, Mas’ud mengaku tidak tahu keberadaan Nur Sahid.
“Terakhir pulang ke sini itu sekitar tahun 2005, saat menghadiri acara pernikahan saya. Setelah itu kami tidak tahu keberadaannya maupun istri dan anaknya,”imbuh dia. Nur Sahid lahir di Temanggung pada 24 Juli 1974. Dia adalah anak ketiga dari enam bersaudara pasangan H Muh Nasir dan Hj Tumini. Nur Sahid memiliki istri bernama Dwi Pratiwi yang berasal dari Klaten, Jawa Tengah serta memiliki dua anak.Pria tersebut juga diketahui pernah belajar di sebuah pondok pesantren di Solo.
Kapolres Temanggung AKBP Mohammad Zahri mengaku hingga kemarin belum ada kejelasan soal pelaku bom bunuh diri di hotel JW Marriott.Termasuk identitas pelaku yang diduga kuat adalah warga Temanggung. Kendati begitu, Kapolres menyatakan telah menginstruksikan jajarannya untuk meningkatkan kewaspadaan. “Peningkatan kewaspadaan ini terus kita lakukan.
Karena beberapa waktu lalu, daerah ini pernah menjadi tempat persembunyian jaringan teroris. Lokasi yang dicurigai saat itu Kecamatan Gemawang,”kata Kapolres. Kapolda Jateng Irjen Pol Alex Bambang Riatmodjo yang dikonfirmasi Seputar Indonesia (SI) juga mengaku belum mendapat informasi dari Mabes Polri soal dugaan keterlibatan warga Temanggung di aksi pengeboman di Jakarta. Kapolda balik bertanya dari mana informasi yang menyebutkan Nur Sahid sebagai pelaku bom bunuh diri di JW Marriott.
“Dari siapa (informasi) itu? Nggak ada, saya juga sudah cek ke Kapolres Temanggung, juga belum ada soal itu,”kata Alex Bambang. Terlepas belum adanya informasi dari Mabes Polri untuk menindaklanjuti data pelaku bom JW Marriott,Kapolda menyatakan telah menginstruksikan pimpinan satuan wilayah agar menerapkan kewaspadaan tinggi. “Semuanya harus waspada. Kita masih berlakukan siaga I karena memang siaga I (di masa pilpres) belum berakhir. Dengan kejadian di Jakarta, sudah pasti siaga I akan diperpanjang,”tandas dia.
Didatangi Polisi
Ayah Nur Sahid, Muhammad Nasir, 60, berharap kabar yang diterima tentang keterlibatan anaknya dalam aksi teror tersebut tidak benar.Nasir mengaku,sudah lama anaknya tidak pernah lagi pulang ke rumahnya di RT01/- RW03 Dusun Katekan, Desa Katekan, Kecamatan Ngadirejo, Temanggung. “Nur tidak pernah pulang.
Dulu sebelum tahun 2001, dia sering pulang, apalagi kalau Lebaran pasti pulang,” ujarnya saat ditemui wartawan kemarin. Nur menikah pada 1999 dengan seorang gadis yang berasal dari Klaten, Jawa Tengah. Setelah menikah Nur tinggal di rumah mertuanya. Kabar lain menyebutkan Nur bersama istrinya tinggal di Semarang.“Mereka sudah punya dua anak,”ujar Nasir. Nasir mengaku, pada Sabtu (18/7) tengah malam rumahnya didatangi dua petugas kepolisian,didampingi Kepala Dusun Katekan, Desa Katekan,Kukuh Riyanto dan seorang tokoh masyarakat bernama Subawandi.
Mereka menanyakan data keluarga dan informasi lain tentang Nur Sahid. Nasir bersama keluarga yang lain saat ini hanya bisa menunggu pengumuman resmi dari kepolisian yang menjelaskan keberadaan dan status anaknya yang diduga sebagai pelaku pengeboman Hotel JW Marriot. Sebagai ayah, dirinya sama sekali tidak percaya bahwa Nur melakukan aksi nekat seperti itu.
“Saya yakin anak saya tidak terlibat,”ujarnya. Kepala Dusun Katekan,Kukuh Riyanto membenarkan bahwa Nur Sahid alias Nur Hasbi berasal dari wilayahnya.Selama berada di desa, Nur menunjukan perilaku wajar, baik, serta rajin. “Ciri-ciri Nur Hasbi orangnya berperawakan kecil dan kulitnya sawo matang,” ujarnya.
Ngruki Merasa Difitnah
Pondok Pesantren (Ponpes) Al Mukmin, Ngruki, Sukoharjo yang sering disebut Ponpes Ngruki membantah keras pernyataan bahwa pelaku bom bunuh diri hotel JW Marriot-The Ritz Carlton adalah alumnus ponpes tersebut.Bahkan, Ponpes Al Mukmin menilai pernyataan yang dimunculkan tersebut sebagai bentuk fitnah dan pembunuhan karakter.
“Pelaku bom bunuh diri yang disebut bernama Nur Hasbi alias Nuri Hasdi alias Nur Sahid bukan alumnus Ponpes Al Mukmin Ngruki,” tegas Pembantu Direktur (Pudir) III Ponpes Al Mukmin Ngruki Muhammad Sholeh Ibrahim kemarin. Hal itu membantah pernyataan Ketua GUII Abdurrahman Assegaf yang menyebut pelaku bom di Hotel JW Mariiot-Ritz Carlton adalah Nur Hasbi alias Nur Sahid yang merupakan alumnus Ponpes Al Mukmin Ngruki.
Assegaf menyebut Nur Hasbi merupakan alumnus Ngruki seangkatan dengan pelaku bom di JW Marriott tahun 2003 lalu, Asmar Latin Sani. Menurut Sholeh, pernyataan Ketua GUII tersebut sebagai upaya pembunuhan karakter ponpes. Pasalnya,pihaknya sudah melakukan pengecekan buku induk santri dan tidak ditemukan nama tersebut. Untuk itu, dia meminta Abdurrahman Assegaf dan semua pihak untuk berhati-hati dalam memberikan pernyataan. Pihaknya juga menuntut Assegaf untuk meminta maaf kepada Ponpes Al Mukmin Ngruki.
“Kalau tuntutan kami tidak diindahkan,mungkin saja kami melakukan langkah hukum,”ujarnya. Terkait langkah hukum tersebut, hal itu masih akan dikoordinasikan dengan Direktur Ponpes Ustaz Wahyudin.Hanya saja,Ustaz Wahyudin saat ini masih berada di Jakarta. Dalam kesempatan itu, Sholeh menyayangkan setiap kali terjadi kasus bom di Indonesia,Ponpes Al Mukmin Ngruki selaku dikaitkaitkan. Apalagi,selama ini materi pengajaran di pondoknya tidak ada yang menyangkut soal doktrin jihad dan pengeboman.
Selain itu, Departemen Agama juga sudah menyatakan tidak ada masalah dengan sistem pendidikan di Ngruki. Sholeh menambahkan,dengan fitnah dan isu dilontarkan terhadap ponpes, orangtua santri baru sempat khawatir.Orangtua santri merasa khawatir dengan pendidikan anak-anaknya yang belajar di ponpes tersebut. Terkait pernyataan Abdurrahman Assegaf yang menyebut pelaku bom seangkatan dengan Asmar Latin Sani, dia kembali membantah.
Sholeh mengaku sudah memeriksa daftar santri yang masuk antara tahun 1987–1988 yang diperkirakan selesai belajar di pondok pada 1993–1994.“Kami tidak menemukan nama yang dimaksud. Hanya saja, untuk Asmar Latin Sani memang alumnus Ngruki tahun 1994,”pungkasnya. Sementara itu, pascapengeboman di JW Marriott dan Ritz Carlton Jakarta, Polres Boyolali memantau Ponpes Darusy Syahadah, Desa Kedung Lengkong, Kecamatan Simo.
Ponpes tersebut salah satu tempat yang dicurigai sebagai tempat perakitan bom yang diledakkan di dua hotel berbintang tersebut. Selain mengawasi ponpes, polisi juga mengawasi sejumlah daerah di Boyolali yang dicurigai sebagai tempat merakit bom yang menewaskan sembilan orang itu. Daerah lain yang mendapat pemantauan ketat pihak kepolisian adalah Banyudono.
“Berdasarkan hasil penyelidikan tim Densus 88 Mabes Polri,bom yang diledakkan di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton dirakit di sebuah tempat di Boyolali. Atas dasar itu, Polres Boyolali melakukan pemantauan di sejumlah daerah yang dicurigai sebagai tempat untuk merakit bom,termasuk Ponpes Darusy Syahadah,” ujar sumber di Polres Boyolali yang enggan disebutkan namanya,kemarin.
Kasat Intel Polres Boyolali AKP Marsudi membenarkan bahwa petugas kepolisian melakukan pemantauan dan meningkatkan pengamanan di sejumlah daerah yang dicurigai sebagai tempat persembunyian teroris. Namun, Polres Boyolali tidak memberlakukan pengamanan secara khusus di daerah tersebut. Di samping itu, Marsudi juga membenarkan bahwa tim dari Mabes Polri telah mendatangi Ponpes Darusy Syahadah guna penyelidikan terkait peledakan bom di Jakarta.
“Tapi kedatangan tim Mabes Polri ke Ponpes Darusy Syahadah hanya sebentar. Setelah memintai keterangan pihak ponpes, mereka langsung pulang ke Jakarta,” katanya. Menurut dia, pascapeledakan bom di Jakarta, Polres Boyolali langsung melakukan pemantauan di sejumlah tempat yang dicurigai sebagai tempat persembunyian teroris. Humas Ponpes Darusy Syahadah, Ustaz Zaenal Abidin ketika dikonfirmasi mengenai kemungkinan keterkaitan ponpes dengan kegiatan teroris menyatakan, pendidikan dan ilmu yang diajarkan di ponpes tidak ada yang menyimpang dari norma dan kaidah agama,apalagi terorisme.
“Ini bisa Anda cek sendiri,”ujarnya. Mengenai kemungkinan keterlibatan alumnus ponpes dalam kegiatan terorisme,Zaenal menegaskan hal itu di luar tanggung jawab ponpes. Pasalnya, pihak ponpes sudah tidak mempunyai tanggung jawab penuh terhadap perilaku santrinya di luar ponpes setelah lulus.
“Jika santri sudah lulus, apa yang dikerjakan merupakan tanggung jawab masing-masing dan pihak ponpes tidak mempunyai tanggung jawab,”tandasnya.
Sumber : seputar indonesia.com
Keluarga juga membantah keras kabar yang menyebutkan Nur Sahid adalah pelaku bom bunuh diri di hotel tersebut seperti ditudingkan Ketua Umum Gerakan Umat Islam (GUII) Abdurrahman Assegaf. Penegasan itu disampaikan adik kandung Nur Sahid, Udi Mas’ud, ketika ditemui wartawan di kediaman orang tuanya Dusun Katekan, Desa Katekan,Kecamatan Ngadirejo,Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah kemarin. “Selama ini dia mempunyai kepribadian yang baik.
Jadi kami tidak percaya kakak saya adalah pelaku bom bunuh diri,”tegas Udi Mas’ud. Menurut dia, tudingan kakaknya sebagai pelaku bom bunuh diri tersebut tidak mendasar.Terlebih soal keterlibatan Nur Sahid di sebuah gerakan melalui jaringan Imam Samudra, terpidana mati Bom Bali I.“Saya tidak percaya itu,” ujar Mas’ud. Seperti diketahui, Abdurrahman Assegaf akhir pekan kemarin menyerahkan data keterlibatan Nur Sahid ke tim intelijen dan Mabes Polri yang datang ke rumahnya di Jalan Witana Harja III Blok C20, Pemulang Barat, Tangerang Selatan.
Menurut data itu, Nur Sahid adalah pria pelaku bom bunuh diri di Hotel JW Marriott. Tak hanya itu, Assegaf juga menyatakan Nur Sahid adalah anggota Jamaah Islamiyah (JI) yang direkrut Tedy alias Reno alias Mubarok yang saat ini diduga kuat sebagai wakil sekaligus tangan kanan Noordin M Top, warga Malaysia yang menjadi buron teroris nomor satu di Indonesia.
Namun hingga kemarin Mabes Polri belum memberikan pernyataan resmi apa pun mengenai jati diri si pelaku bom bunuh diri.Polisi baru akan mengumumkan siapa si pelaku dan dari mana kelompoknya setelah semua penyidikan tuntas. Yang jelas, polisi berkeyakinan jaringan teroris JI dan Noordin M Top terkait dalam serangan bom di JW Marriott dan Ritz Carlton Jumat (17/7) lalu. Versi Assegaf, Nur Sahid bergabung dengan kelompok Banten bersama-sama Imam Samudra.
Dalam data yang diserahkan Assegaf kepada aparat juga diterangkan hubungan antara organisasi radikal dengan Al-Qaeda, kelompok teroris internasional pimpinan Osama bin Laden. Termasuk struktur organisasi, tugas, dan fungsi pengurus, cara pencarian dana untuk kegiatan teror, sekaligus sejumlah tempat yang biasa digunakan kelompok itu untuk berkumpul. Kendati membantah keterlibatan kakaknya di jaringan teroris dan sebagai pelaku bom bunuh diri, Mas’ud mengaku tidak tahu keberadaan Nur Sahid.
“Terakhir pulang ke sini itu sekitar tahun 2005, saat menghadiri acara pernikahan saya. Setelah itu kami tidak tahu keberadaannya maupun istri dan anaknya,”imbuh dia. Nur Sahid lahir di Temanggung pada 24 Juli 1974. Dia adalah anak ketiga dari enam bersaudara pasangan H Muh Nasir dan Hj Tumini. Nur Sahid memiliki istri bernama Dwi Pratiwi yang berasal dari Klaten, Jawa Tengah serta memiliki dua anak.Pria tersebut juga diketahui pernah belajar di sebuah pondok pesantren di Solo.
Kapolres Temanggung AKBP Mohammad Zahri mengaku hingga kemarin belum ada kejelasan soal pelaku bom bunuh diri di hotel JW Marriott.Termasuk identitas pelaku yang diduga kuat adalah warga Temanggung. Kendati begitu, Kapolres menyatakan telah menginstruksikan jajarannya untuk meningkatkan kewaspadaan. “Peningkatan kewaspadaan ini terus kita lakukan.
Karena beberapa waktu lalu, daerah ini pernah menjadi tempat persembunyian jaringan teroris. Lokasi yang dicurigai saat itu Kecamatan Gemawang,”kata Kapolres. Kapolda Jateng Irjen Pol Alex Bambang Riatmodjo yang dikonfirmasi Seputar Indonesia (SI) juga mengaku belum mendapat informasi dari Mabes Polri soal dugaan keterlibatan warga Temanggung di aksi pengeboman di Jakarta. Kapolda balik bertanya dari mana informasi yang menyebutkan Nur Sahid sebagai pelaku bom bunuh diri di JW Marriott.
“Dari siapa (informasi) itu? Nggak ada, saya juga sudah cek ke Kapolres Temanggung, juga belum ada soal itu,”kata Alex Bambang. Terlepas belum adanya informasi dari Mabes Polri untuk menindaklanjuti data pelaku bom JW Marriott,Kapolda menyatakan telah menginstruksikan pimpinan satuan wilayah agar menerapkan kewaspadaan tinggi. “Semuanya harus waspada. Kita masih berlakukan siaga I karena memang siaga I (di masa pilpres) belum berakhir. Dengan kejadian di Jakarta, sudah pasti siaga I akan diperpanjang,”tandas dia.
Didatangi Polisi
Ayah Nur Sahid, Muhammad Nasir, 60, berharap kabar yang diterima tentang keterlibatan anaknya dalam aksi teror tersebut tidak benar.Nasir mengaku,sudah lama anaknya tidak pernah lagi pulang ke rumahnya di RT01/- RW03 Dusun Katekan, Desa Katekan, Kecamatan Ngadirejo, Temanggung. “Nur tidak pernah pulang.
Dulu sebelum tahun 2001, dia sering pulang, apalagi kalau Lebaran pasti pulang,” ujarnya saat ditemui wartawan kemarin. Nur menikah pada 1999 dengan seorang gadis yang berasal dari Klaten, Jawa Tengah. Setelah menikah Nur tinggal di rumah mertuanya. Kabar lain menyebutkan Nur bersama istrinya tinggal di Semarang.“Mereka sudah punya dua anak,”ujar Nasir. Nasir mengaku, pada Sabtu (18/7) tengah malam rumahnya didatangi dua petugas kepolisian,didampingi Kepala Dusun Katekan, Desa Katekan,Kukuh Riyanto dan seorang tokoh masyarakat bernama Subawandi.
Mereka menanyakan data keluarga dan informasi lain tentang Nur Sahid. Nasir bersama keluarga yang lain saat ini hanya bisa menunggu pengumuman resmi dari kepolisian yang menjelaskan keberadaan dan status anaknya yang diduga sebagai pelaku pengeboman Hotel JW Marriot. Sebagai ayah, dirinya sama sekali tidak percaya bahwa Nur melakukan aksi nekat seperti itu.
“Saya yakin anak saya tidak terlibat,”ujarnya. Kepala Dusun Katekan,Kukuh Riyanto membenarkan bahwa Nur Sahid alias Nur Hasbi berasal dari wilayahnya.Selama berada di desa, Nur menunjukan perilaku wajar, baik, serta rajin. “Ciri-ciri Nur Hasbi orangnya berperawakan kecil dan kulitnya sawo matang,” ujarnya.
Ngruki Merasa Difitnah
Pondok Pesantren (Ponpes) Al Mukmin, Ngruki, Sukoharjo yang sering disebut Ponpes Ngruki membantah keras pernyataan bahwa pelaku bom bunuh diri hotel JW Marriot-The Ritz Carlton adalah alumnus ponpes tersebut.Bahkan, Ponpes Al Mukmin menilai pernyataan yang dimunculkan tersebut sebagai bentuk fitnah dan pembunuhan karakter.
“Pelaku bom bunuh diri yang disebut bernama Nur Hasbi alias Nuri Hasdi alias Nur Sahid bukan alumnus Ponpes Al Mukmin Ngruki,” tegas Pembantu Direktur (Pudir) III Ponpes Al Mukmin Ngruki Muhammad Sholeh Ibrahim kemarin. Hal itu membantah pernyataan Ketua GUII Abdurrahman Assegaf yang menyebut pelaku bom di Hotel JW Mariiot-Ritz Carlton adalah Nur Hasbi alias Nur Sahid yang merupakan alumnus Ponpes Al Mukmin Ngruki.
Assegaf menyebut Nur Hasbi merupakan alumnus Ngruki seangkatan dengan pelaku bom di JW Marriott tahun 2003 lalu, Asmar Latin Sani. Menurut Sholeh, pernyataan Ketua GUII tersebut sebagai upaya pembunuhan karakter ponpes. Pasalnya,pihaknya sudah melakukan pengecekan buku induk santri dan tidak ditemukan nama tersebut. Untuk itu, dia meminta Abdurrahman Assegaf dan semua pihak untuk berhati-hati dalam memberikan pernyataan. Pihaknya juga menuntut Assegaf untuk meminta maaf kepada Ponpes Al Mukmin Ngruki.
“Kalau tuntutan kami tidak diindahkan,mungkin saja kami melakukan langkah hukum,”ujarnya. Terkait langkah hukum tersebut, hal itu masih akan dikoordinasikan dengan Direktur Ponpes Ustaz Wahyudin.Hanya saja,Ustaz Wahyudin saat ini masih berada di Jakarta. Dalam kesempatan itu, Sholeh menyayangkan setiap kali terjadi kasus bom di Indonesia,Ponpes Al Mukmin Ngruki selaku dikaitkaitkan. Apalagi,selama ini materi pengajaran di pondoknya tidak ada yang menyangkut soal doktrin jihad dan pengeboman.
Selain itu, Departemen Agama juga sudah menyatakan tidak ada masalah dengan sistem pendidikan di Ngruki. Sholeh menambahkan,dengan fitnah dan isu dilontarkan terhadap ponpes, orangtua santri baru sempat khawatir.Orangtua santri merasa khawatir dengan pendidikan anak-anaknya yang belajar di ponpes tersebut. Terkait pernyataan Abdurrahman Assegaf yang menyebut pelaku bom seangkatan dengan Asmar Latin Sani, dia kembali membantah.
Sholeh mengaku sudah memeriksa daftar santri yang masuk antara tahun 1987–1988 yang diperkirakan selesai belajar di pondok pada 1993–1994.“Kami tidak menemukan nama yang dimaksud. Hanya saja, untuk Asmar Latin Sani memang alumnus Ngruki tahun 1994,”pungkasnya. Sementara itu, pascapengeboman di JW Marriott dan Ritz Carlton Jakarta, Polres Boyolali memantau Ponpes Darusy Syahadah, Desa Kedung Lengkong, Kecamatan Simo.
Ponpes tersebut salah satu tempat yang dicurigai sebagai tempat perakitan bom yang diledakkan di dua hotel berbintang tersebut. Selain mengawasi ponpes, polisi juga mengawasi sejumlah daerah di Boyolali yang dicurigai sebagai tempat merakit bom yang menewaskan sembilan orang itu. Daerah lain yang mendapat pemantauan ketat pihak kepolisian adalah Banyudono.
“Berdasarkan hasil penyelidikan tim Densus 88 Mabes Polri,bom yang diledakkan di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton dirakit di sebuah tempat di Boyolali. Atas dasar itu, Polres Boyolali melakukan pemantauan di sejumlah daerah yang dicurigai sebagai tempat untuk merakit bom,termasuk Ponpes Darusy Syahadah,” ujar sumber di Polres Boyolali yang enggan disebutkan namanya,kemarin.
Kasat Intel Polres Boyolali AKP Marsudi membenarkan bahwa petugas kepolisian melakukan pemantauan dan meningkatkan pengamanan di sejumlah daerah yang dicurigai sebagai tempat persembunyian teroris. Namun, Polres Boyolali tidak memberlakukan pengamanan secara khusus di daerah tersebut. Di samping itu, Marsudi juga membenarkan bahwa tim dari Mabes Polri telah mendatangi Ponpes Darusy Syahadah guna penyelidikan terkait peledakan bom di Jakarta.
“Tapi kedatangan tim Mabes Polri ke Ponpes Darusy Syahadah hanya sebentar. Setelah memintai keterangan pihak ponpes, mereka langsung pulang ke Jakarta,” katanya. Menurut dia, pascapeledakan bom di Jakarta, Polres Boyolali langsung melakukan pemantauan di sejumlah tempat yang dicurigai sebagai tempat persembunyian teroris. Humas Ponpes Darusy Syahadah, Ustaz Zaenal Abidin ketika dikonfirmasi mengenai kemungkinan keterkaitan ponpes dengan kegiatan teroris menyatakan, pendidikan dan ilmu yang diajarkan di ponpes tidak ada yang menyimpang dari norma dan kaidah agama,apalagi terorisme.
“Ini bisa Anda cek sendiri,”ujarnya. Mengenai kemungkinan keterlibatan alumnus ponpes dalam kegiatan terorisme,Zaenal menegaskan hal itu di luar tanggung jawab ponpes. Pasalnya, pihak ponpes sudah tidak mempunyai tanggung jawab penuh terhadap perilaku santrinya di luar ponpes setelah lulus.
“Jika santri sudah lulus, apa yang dikerjakan merupakan tanggung jawab masing-masing dan pihak ponpes tidak mempunyai tanggung jawab,”tandasnya.
Sumber : seputar indonesia.com
0 comments:
Post a Comment