http://www.emailcashpro.com

Tuesday, 23 November 2010

Kontroversi FFI 2010, Ada Apakah?

Jakarta - Festival Film Indonesia (FFI kembali memunculkan kontroversi. FFI 2010 tak meloloskan beberapa film yang sebenarnya dianggap pantas masuk nominasi. Ada apa?

FFI 2010 telah meloloskan 10 film. 3 Hati, 2 Dunia 1 Cinta, Alangkah Lucunya Negeri Ini, Minggu Pagi di Victoria Park, Hari Untuk Amanda, 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita, Cinta 2 Hati, I Know What You Din on Facebook, Heartbreak.com, Red Cobex dan Sehidup (Tak) Semati.

Namun Sang Pencerah gagal lolos kualifikasi dan Darah Garuda diskualifikasi. Kontroversi pun menyeruak.

"Karena sutradara film Darah Garuda itu orang asing, bukan orang Indonesia. Sesuai persyaratan, film itu tidak bisa ikut," terang Ketua Panitia FFI 2010 Niniek L Karim saat ditemui di Gedung FIlm, MT Haryono, Jakarta, baru-baru ini.

Menurut Niniek, persyaratan itu adalah ketentuan yang tidak bisa ditawar. "Memang filmnya bagus, tapi mau bagaimana, sudah persyaratannya begitu," tutur Niniek.

Film Darah Garuda adalah lanjutan dari film Merah Putih yang berlatar belakang zaman pra kemerdekaan di Indonesia. Film itu dibintangi aktor-aktor terkenal seperti Lukman Sardi, Darius Sinathrya, Donny Alamsyah, dan Teuku Rifnu Wikana. Sebagai sutradara adalah Yadi Sugandi dan sutradara asal Amerika Serikat, Connor Allyn.

Penolakan FFI 2010 pun berlaku untuk Sang Pencerah dengan alasan berbeda."Upaya untuk mengangkat biografi orang besar memang perlu dihargai dengan harapan memberi inspirasi kepada penontonnya. Tapi, sayang, biografi yang dimaksud baru sampai pada penggambaran sejumlah peristiwa penting sang tokoh," kata Viva Westi, ketua Komite Seleksi FFI 2010.

Menurut Viva, banyak kisah dari tokoh KH Ahmad Dahlan yang tidak dipaparkan. Film Sang Pencerah juga dinilai tidak menghadirkan visi dan tafsir yang lebih terbuka mengenai kompleksitas karakter yang diangkat.

"Banyak fakta sejarah yang harusnya bisa diungkap, tapi dilakukan di film ini. Banyak juga data sejarah yang meleset," tutur Viva.

Kontra keputusan FFI 2010 itu akhirnya terungkap. Dennis Adhiswara yang terlibat dalam Sang Pencerah menyatakan kekecewaannya.

"Yang agak saya sayangkan adalah pada saat mereka ngomong Sang Pencerah, sejarahnya nggak akurat. Intinya ngomong gitu kan," ujar Dennis Adhiswara di Epicentrum Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (19/11)

Dennis pun mengimbau agar klarifikasi harus dibuat demi tidak menghambat para investor untuk ke depan. "Juri nggak memasuki film Sang Pencerah, Sang Pemimpi, Darah Garuda, tapi tolong alasan itu harus diklarifikasi, kalau nggak investor akan takut," tutur Dennis.

Jika FFI tidak melakukan klarifikasi, Dennis takut perfilman Indonesia banyak memproduksi film bertema horor seks,

"Saya cuma takut, suatu hari nanti kalau saya datang ke investor membawa film sejarah untuk tujuan mendidik masyarakat kita negara kita, investor langsung kapok, mending main aman aja, bikin film horor seks. Itu aja yang harus diklarifikasi ulang," pungkasnya.

Hanung Bramantyo sang sutradara Sang Pencerah berusaha lebih bijaksana."Saya tuh mendukung FFI dengan cara saya mengirim film saya. Semua saya kirimkan ke FFI. Untuk mendaftarkan ke FFI itu rumit lho. Mesti mengisi blanko, harus daftar. Intinya saya punya niat mendukung FFI," ujar Hanung.

Hanung tidak ingin terlalu jauh memikirkan kredibilitas film Sang Pencerah yang gagal masuk FFI, karena kewenangan dimiliki oleh panitia,

"Jadi kalau itu diterima atau tidak, karena keputusan mereka dengan alasan nggak kredibel, ya saya mau ngapain lagi. Bisa apa saya? Persoalan di situ terjadi penilaian. Nggak adil, itu bukan hak saya, itu hak mereka (panitia)," tutur suami Zaskia Mecca ini santai.

Kabarnya film garapan Hanung itu tidak lolos seleksi FFI karena dianggap tidak secara utuh menceritakan sejarah. "Kalau dibilang karya saya nggak utuh karya sejarah, nggak utuhnya itu di mana? Apa semua film yang diseleksi itu juga melihat keutuhannya?" paparnya.

Gagal kualifikasi FFI, Hanung justru berencana mengikutsertakan filmnya ke festival luar negeri. "Iya ini saya sedang mencari-cari festival film yang nanti bisa saya daftarkan, tapi belum tahu mana. Yang jelas, Singapura, Kairo, Dubai, Abudabi, ya daerah Timur Tengah lah. Itu untuk festival yang muslim," terangnya.

Namun,Deddy Mizwar,tokoh perfilman Indonesia menjamin FFI 2010 tetap dalam idealisme."Saya jamin penjurian ini masih independen. Kalaupun ada sesuatu, saya yang akan menentang keras pertama kali," terang Dedy

Sumber : inilah.com

0 comments:



  © Blogger templates Newspaper III by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP